Perbedaan Bata Merah Bata Ringan dan Batako. Membangun atau merenovasi rumah hingga tampak bagus merupakan sebuah proses yang menarik. Baik mulai dari pemilihan material hingga mengatur finishing rumah, semua membutuhkan proses yang tidak sedikit. Apalagi jika kita harus memulai dari pemilihan bahan-bahan bangunan dasar seperti pasir, semen, dan bata sebagai pengisi dinding.
Yang lebih menarik adalah ada berbagai nama bahan bangunan baru bermunculan. Seiring dengan perkembangan teknologi dalam rekayasa teknik sipil, jenis bata pun memiliki beragam jenis berdasarkan struktur bahan dan harganya. Jika dulu pilihan hanya tertuju pada bata merah, sekarang ada jenis lain seperti batako, bata ringan, dan hebel AAC/CLC. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Namun di antara itu ada jenis bata yang sebenarnya hanya berbeda namanya saja padahal masih dalam satu jenis yang sama.
Perbedaan Bata Merah Bata Ringan dan Batako
Bata Merah
Nama ini tentu sudah tidak asing di telinga Anda. Sebab dari jaman nenek-kakek hingga saat ini, bata merah masih populer dan diminati sebagai bahan dasar membangun dinding rumah. Bata merah dibuat dari tanah yang dicetak kemudian dibakar dengan suhu yang sangat tinggi sehingga bata menjadi sangat kering, mengeras, dan berwarna kemerahan.
Tanah yang dibuat sebagai bahan dasar bata merah tentu bukan sembarang tanah, melainkan tanah yang mengandung liat sehingga mudah menyatu saat dicetak. Tanah liat pun menghasilkan bata merah yang kuat, kokoh, tahan lama, nyaman dan adem ketika dipasang sebagai dinding rumah. Inilah yang membuat bata merah banyak diminati sampai sekarang, sebab jarang ditemui keretakan pada dinding bata merah, keberadaannya pun banyak ditemukan dimana-mana meski sudah bersaing dengan jenis bata yang lainnya.
• Berat jenis kering : 1500 kg/m3
• Berat jenis normal : 2000 kg/m3
• Kuat tekan : 2,5 – 25 N/mm² (SII-0021,1978)
• Konduktifitas termis : 0,380 W/mK
• Tebal spesi : 20 – 30 mm
• Ketahanan terhadap api : 2 jam
• Jumlah (kebutuhan) bata merah per 1 m2 : 30 – 35 buah tanpa construction waste
Batako
Sebenarnya batako merupakan material dinding yang dibuat dari campuran semen dan pasir kasar. Campuran ini kemudian dicetak dengan di-press sehingga bentuknya menjadi padat. Namun selain dibuat dari semen dan pasir, ada pula produsen yang membuatnya dengan bahan campuran batu tras, kapur, dan air. Bahkan ada pula yang membuat batako dari campuran semen, pasir, dan batu bara.
Dilihat dari bahan-bahan tersebut, tentu saja kekuatan yang dimiliki batako lebih rendah daripada bata merah. Ketika dipasang sebagai dinding pun, bahan batako membuat suasana rumah menjadi hangat dan agak engap karena material yang digunakan bukan tanah.
• Berat jenis kering : 950 kg/m3
• Berat jenis normal : 1000 kg/m3
• Kuat tekan : 5,5 N/mm²
• Konduktifitas termis : 0,339 W/mK
• Tebal spesi : 20 – 30 mm
• Ketahanan terhadap api : 4 jam
• Jumlah (kebutuhan) batako press per 1 m2 : 20 – 25 buah tanpa construction waste
Bata Ringan
Inilah bahan yang sering disebut-sebut sebagai alternatif dari bata merah. Saat ini pun banyak developer bangunan yang mempromosikan rumah dengan bahan dinding bata ringan. Namun apakah bata ringan memang sebagus yang dibicarakan?
Material bata ringan memang dapat memperingan beban struktur bangunan. Pengerjaan pun semakin cepat sehingga dapat meminimalisir sisa material karena ukurannya yang lebih besar dari bata merah. Bata ringan sendiri dibuat dengan kombinasi material seperti semen, kapur, pasir, kuarsa, aluminium, gipsum, dan air.
Jika dilihat dari strukturnya, bata ringan memiliki tingkat kerataan yang lebih baik daripada bata merah. Tidak heran harganya pun lebih mahal dibanding dengan bata merah. Namun tetap saja bata ringan tak lepas dari kekurangan. Salah satunya adalah karena ukurannya besar dan tanggung, sehingga sering kali membuang sisa yang cukup banyak.
Dalam material bata ringan sendiri terdapat dua jenis yang dapat dipilih, yakni AAC Autoclaved Aerated Concrete dan CLC Cellular Lightweight Concrete. Perbedaan antara AAC dan CLC sebenarnya hanya berada pada proses pengeringannya. Yakni AAC dikeringkan menggunakan mesin autoclaved bertekanan tinggi, sedangkan CLC dikeringkan dengan keadaan alami alias memanfaatkan panas matahari seperti bata merah.
• Berat jenis kering : 520 kg/m3
• Berat jenis normal : 650 kg/m3
• Kuat tekan : > 4,0 N/mm2
• Konduktifitas termis : 0,14 W/mK
• Tebal spesi : 3 mm
• Ketahanan terhadap api : 4 jam
• Jumlah (kebutuhan) bata ringan per 1 m2 : 8 – 9 buah tanpa construction waste.
AAC dan CLC, mana yang lebih bagus?
Karena proses pengeringan tersebut, bata ringan AAC dinilai lebih kuat dan memiliki tekanan yang lebih stabil. Ketersediaan stoknya pun lebih terjamin karena proses pembuatannya tidak tergantung dengan cuaca. Warna bata ringan AAC juga lebih cerah dengan ukuran yang lebih presisi dibandingkan dengan CLC. Untuk harga, tidak ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan sendiri mana yang lebih sesuai untuk kebutuhan Anda. Sebab semua material tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jangan lupa bagikan artikel ini jika bermanfaat dan tanyakan pada CS kami untuk kebutuhan material atau bahan bangunan Anda. Super Bangun Jaya menyediakan berbagai bahan bangunan dengan pilihan terbaik se-Tangerang. Tanya via whatsapp sekarang!